News Update :
Home » » KETIDAKTAHUAN PANGKAL KEHANCURAN

KETIDAKTAHUAN PANGKAL KEHANCURAN

Penulis : Unknown on Rabu, 12 Februari 2014 | 00.44

KETIDAKTAHUAN PANGKAL KEHANCURAN
By
Al-ustadz Ahmad Syukron

Gontor adalah lembaga pendidikan Islam yang berusaha keras untuk mencetak para kadernya sebagai pemimpin umat. Gontor sengaja dibentuk untuk menjadi lapangan perjuangan dan menjadi tempat yang ideal untuk berlatih hidup. Banyak sekali kegiatan-kegiatan di Gontor yang sengaja didesign dan dibentuk untuk mendidik santrinya menjadi calon-calon pemimpin umat dan bangsa yang unggul serta memiliki kualitas pola pikir, sikap dan tingkah-laku yang sesuai dengan ajaran Islam.
Sebagai seorang manusia, apalagi menjadi santri atau guru Gontor, sudah tentu banyak sekali pendidikan dan pengajaran yang biasa didapatkan. Karena di Gontor, segala apa yang kita dengar, lihat, kerjakan dan rasakan, semuanya mengandung unsur pendidikan.Tapi terkadang, kita sebagai manusia suka lupa terhadap sesuatu, lupa bahwasanya kita hanya seorang hamba biasa yang diciptakan oleh Allah yang Maha Segalanya, dan lupa bersyukur bahwasanya Allah menciptakan bumi dengan isinya untuk manusia. Maka jangan sampai hal seperti ini menjangkit hamba Allah karena ini merupakan sifat syaithan yang selalu menggoda hamba-Nya yang beriman agar terjerumus ke dalam kesesatan.

Diantara salah satu metode kaderisasi pemimpin yang diterapkan di Gontor adalah penugasan, kita sebagai santri ataupun guru di Gontor bukan hanya belajar mencari ilmu saja, tapi kita dilatih belajar hidup dengan penugasan-penugasan yang diberikan. Tugas diberikan bukan untuk membebani, tapi agar tahu bagaimana berbuat. Sebagian santri ada yang menjadi pengurus asrama, pengurus OPPM dan Pramuka, sedangkan guru bukan hanya kuliah saja yang dipentingkan tapi juga mempunyai tanggungjawab untuk mengajar dan membantu pondok dengan ditempatkan dibeberapa pos-pos maupun unit usaha pondok. Inilah yang diajarkan di Gontor, mengajarkan kepada kita untuk berbuat dan beramal dengan ikhlas, berfikir keras, bekerja keras, berkemauan keras, berdo’a keras serta mensyukuri segala proses kehidupan yang kita hadapi. Dan tentunya tidaklah mudah kita kerjakan karena godaan syaithan juga kuat untuk menggoda manusia sampai benar-benar hilang imannya, tertutup akalnya dan yang ada hanya hawa nafsu yang akan menyeret manusia ke dalam api neraka. Dan inilah hal yang paling kita takutkan jika keimanan seorang hamba Allah sudah hilang.
Maka manusia akan menjadi sombong, angkuh, serakah, dan jauh dari kebaikan. Sebagai  hasilnya yaitu kejelekan, kejahatan dan kemaksiatan tersebar dimana-mana. Sebagai contoh kecil yang terjadi pada bangsa kita bangsa Indonesia, banyak sekali para koruptor yang tidak jera dengan sanksi yang akan diberikan negara atas perbuatan mereka bahkan semakin berani dan semakin banyak, padahal mereka mempunyai amanah besar yang akan dipertanggungjawabkan nanti di hari akhir. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya Allah benar-benar telah menjadikan manusia itu sebagai khalifah di bumi dengan maksud merawat, mengelola, mengatur, mengambil hasil bumi sebagai nikmat yang diberikan oleh Allah dengan tidak secara berlebihan dan melewati batas yang telah ditentukan.Tapi pada kenyataannya sebagian manusia serakah dan tidak puas dengan apa yang telah diberikan kepada mereka yang berujung kepada perbuatan yang merugikan banyak pihak terutama kerusakan pada alam yang semuanya disediakan hanya untuk umat manusia.
Maka hendaknya manusia mengerti dan memahami peran dan fungsi mereka hidup di dunia, terutama umat muslim. Kita semua harus pandai-pandai menjadi manusia yang tahu diri, karena orang yang tidak tahu diri maka dia hanya akan merasa benar menurut dirinya sendiri tetapi tidak mengetahui kekurangan dirinya sendiri. Sebagaimana diungkapkan dalam peribahasa, “ Kuman di seberang lautan tampak, gajah dipelupuk mata tiada kelihatan”. Itulah sifat orang yang tidak tahu akan dirinya sendiri, yang dicari hanya kesalahan orang walaupun kesalahan tersebut sangatlah kecil bahkan tidak kelihatan sedangkan kesalahannya sendiri walaupun kesalahan dia itu besar tapi dia tidak merasa akan kesalahan tersebut.
Orang yang tidak tahu akan kesalahan dirinya sendiri jika disebutkan kesalahannya maka dia akan menolak akan kesalahan tersebut tapi jika dihormati betapa bangga dan sombongnya dia. Inilah sifat yang harus kita buang jauh-jauh karena tidak mengetahui akan kesalahannya sendiri adalah awal dari kehancuran seseorang. Menjadi pribadi muslim yang sejati harus mengetahui kesalahan sendiri, tahu akan dirinya sendiri, dan mau memperbaiki kesalahannya. Jika kita memang berharap untuk diperlakukan dengan baik oleh orang lain, maka perlakukan orang lain dengan baik pula. أصلح نفسك يصلح لك الناس“. Perbaikilah dirimu sendiri maka orang lain akan berbuat baik kepadamu.
Pada zaman dahulu para sahabat sering mengadakan perkumpulan dan bermusyawarah saling mengevaluasi diri, melengkapi kekurangan, memperbaiki kesalahan sehingga antara satu dengan yang lain saling membantu, menolong dan harmonis bukan saling mencari kesalahan, saling menjatuhkan yang akhirnya akan menimbulkan pertengkaran. Inilah arti pentingnya mengevaluasi diri agar kita terhindar dari kehancuran “ هلك امرأ لم يعرف قدره“ seseorang akan hancur kalau tidak tahu diri.
Pondok Modern Gontor selalu mengajarkan kepada para santri dan gurunya untuk selalu mengevaluasi diri, saling mengingatkan, saling melengkapi kekurangan, saling membantu dan menolong, saling menghormati satu sama lainnya, bukan saling menjatuhkan, saling berebut kedudukan dan kekayaan. Bukan  hanya bisa berbicara dan menasihati saja, tapi juga harus bisa menjadi contoh yang baik. hal inilah yang harus ditiru dan diterapkan oleh para pemimpin bangsa dan rakyat Indonesia pada umumnya demi kemajuan bangsa Indonesia.
Seharusnya kita harus bisa menyadari dengan beberapa peristiwa dan fenomena alam yang terjadi di Indonesia. Seperti banjir yang berkelanjutan, bahkan lebih parah dari tahun sebelumnya.  Ditambah adanya letusan gunung berapi di Indonesia yang memakan korban dan merugikan banyak masyarakat sekitar.
Adanya anugrah, nikmat dan bencana adalah kehendak Allah SWT, sebagai pribadi muslim yang beriman apalagi menjadi santri Gontor kita harus tabah atas segala yang terjadi, mungkin ini adalah suatu cobaan kecil agar kita kuat bersabar. Hanyalah Allah yang Maha Kuasa berkehendak atas segalanya.
Semua bencana dan musibah yang terjadi bukanlah suatu hukuman tapi merupakan sebuah isyarat agar kita berbenah diri, menginstropeksi diri,  dan bermuhasabah. Karena masih banyak diantara saudara kita berbuat nista. Allah pun sudah memperhitungkan dan mencatat amal perbuatan serta dosa yang telah manusia perbuat. Hanya kepada Allah-lah kita kembali.



Share this article :

Posting Komentar

 
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Copyright © 2011. Majalah Al-Qolam . All Rights Reserved.
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger