KETIDAKTAHUAN PANGKAL KEHANCURAN
By
Al-ustadz Ahmad Syukron
Gontor
adalah lembaga pendidikan Islam yang berusaha keras untuk mencetak para
kadernya sebagai pemimpin umat. Gontor sengaja dibentuk untuk menjadi lapangan
perjuangan dan menjadi tempat yang ideal untuk berlatih hidup. Banyak sekali
kegiatan-kegiatan di Gontor yang sengaja didesign dan dibentuk untuk mendidik santrinya
menjadi calon-calon pemimpin umat dan bangsa yang unggul serta memiliki kualitas
pola pikir, sikap dan tingkah-laku yang sesuai dengan ajaran Islam.
Sebagai
seorang manusia, apalagi menjadi santri atau guru Gontor, sudah tentu banyak
sekali pendidikan dan pengajaran yang biasa didapatkan. Karena di Gontor,
segala apa yang kita dengar, lihat, kerjakan dan rasakan, semuanya mengandung
unsur pendidikan.Tapi terkadang, kita sebagai manusia suka lupa terhadap
sesuatu, lupa bahwasanya kita hanya seorang hamba biasa yang diciptakan oleh
Allah yang Maha Segalanya, dan lupa bersyukur bahwasanya Allah menciptakan bumi
dengan isinya untuk manusia. Maka jangan sampai hal seperti ini menjangkit
hamba Allah karena ini merupakan sifat syaithan yang selalu menggoda hamba-Nya
yang beriman agar terjerumus ke dalam kesesatan.
Diantara salah
satu metode kaderisasi pemimpin yang diterapkan di Gontor adalah penugasan, kita
sebagai santri ataupun guru di Gontor bukan hanya belajar mencari ilmu saja,
tapi kita dilatih belajar hidup dengan penugasan-penugasan yang diberikan.
Tugas diberikan bukan untuk membebani, tapi agar tahu bagaimana berbuat. Sebagian
santri ada yang menjadi pengurus asrama, pengurus OPPM dan Pramuka, sedangkan
guru bukan hanya kuliah saja yang dipentingkan tapi juga mempunyai
tanggungjawab untuk mengajar dan membantu pondok dengan ditempatkan dibeberapa
pos-pos maupun unit usaha pondok. Inilah yang diajarkan di Gontor, mengajarkan
kepada kita untuk berbuat dan beramal dengan ikhlas, berfikir keras, bekerja
keras, berkemauan keras, berdo’a keras serta mensyukuri segala proses kehidupan
yang kita hadapi. Dan tentunya tidaklah mudah kita kerjakan karena godaan syaithan
juga kuat untuk menggoda manusia sampai benar-benar hilang imannya, tertutup
akalnya dan yang ada hanya hawa nafsu yang akan menyeret manusia ke dalam api
neraka. Dan inilah hal yang paling kita takutkan jika keimanan seorang hamba
Allah sudah hilang.
Maka manusia
akan menjadi sombong, angkuh, serakah, dan jauh dari kebaikan. Sebagai hasilnya yaitu kejelekan, kejahatan dan
kemaksiatan tersebar dimana-mana. Sebagai contoh kecil yang terjadi pada bangsa
kita bangsa Indonesia, banyak sekali para koruptor yang tidak jera dengan
sanksi yang akan diberikan negara atas perbuatan mereka bahkan semakin berani
dan semakin banyak, padahal mereka mempunyai amanah besar yang akan
dipertanggungjawabkan nanti di hari akhir. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya Allah
benar-benar telah menjadikan manusia itu sebagai khalifah di bumi dengan maksud
merawat, mengelola, mengatur, mengambil hasil bumi sebagai nikmat yang
diberikan oleh Allah dengan tidak secara berlebihan dan melewati batas yang
telah ditentukan.Tapi pada kenyataannya sebagian manusia serakah dan tidak puas
dengan apa yang telah diberikan kepada mereka yang berujung kepada perbuatan
yang merugikan banyak pihak terutama kerusakan pada alam yang semuanya
disediakan hanya untuk umat manusia.
Maka
hendaknya manusia mengerti dan memahami peran dan fungsi mereka hidup di dunia,
terutama umat muslim. Kita semua harus pandai-pandai menjadi manusia yang tahu
diri, karena orang yang tidak tahu diri maka dia hanya akan merasa benar
menurut dirinya sendiri tetapi tidak mengetahui kekurangan dirinya sendiri. Sebagaimana
diungkapkan dalam peribahasa, “ Kuman di seberang lautan tampak, gajah
dipelupuk mata tiada kelihatan”. Itulah sifat orang yang tidak tahu akan
dirinya sendiri, yang dicari hanya kesalahan orang walaupun kesalahan tersebut
sangatlah kecil bahkan tidak kelihatan sedangkan kesalahannya sendiri walaupun
kesalahan dia itu besar tapi dia tidak merasa akan kesalahan tersebut.
Orang yang
tidak tahu akan kesalahan dirinya sendiri jika disebutkan kesalahannya maka dia
akan menolak akan kesalahan tersebut tapi jika dihormati betapa bangga dan
sombongnya dia. Inilah sifat yang harus kita buang jauh-jauh karena tidak
mengetahui akan kesalahannya sendiri adalah awal dari kehancuran seseorang.
Menjadi pribadi muslim yang sejati harus mengetahui kesalahan sendiri, tahu
akan dirinya sendiri, dan mau memperbaiki kesalahannya. Jika kita memang
berharap untuk diperlakukan dengan baik oleh orang lain, maka perlakukan orang
lain dengan baik pula. “ أصلح نفسك يصلح لك الناس“.
Perbaikilah dirimu sendiri maka orang lain akan berbuat baik kepadamu.
Pada zaman dahulu para sahabat sering mengadakan perkumpulan dan
bermusyawarah saling mengevaluasi diri, melengkapi kekurangan, memperbaiki
kesalahan sehingga antara satu dengan yang lain saling membantu, menolong dan
harmonis bukan saling mencari kesalahan, saling menjatuhkan yang akhirnya akan
menimbulkan pertengkaran. Inilah arti pentingnya mengevaluasi diri agar kita
terhindar dari kehancuran “ هلك امرأ لم يعرف قدره“ seseorang akan
hancur kalau tidak tahu diri.
Pondok
Modern Gontor selalu mengajarkan kepada para santri dan gurunya untuk selalu
mengevaluasi diri, saling mengingatkan, saling melengkapi kekurangan, saling
membantu dan menolong, saling menghormati satu sama lainnya, bukan saling
menjatuhkan, saling berebut kedudukan dan kekayaan. Bukan hanya bisa berbicara dan menasihati saja, tapi
juga harus bisa menjadi contoh yang baik. hal inilah yang harus ditiru dan diterapkan
oleh para pemimpin bangsa dan rakyat Indonesia pada umumnya demi kemajuan
bangsa Indonesia.
Seharusnya
kita harus bisa menyadari dengan beberapa peristiwa dan fenomena alam yang
terjadi di Indonesia. Seperti banjir yang berkelanjutan, bahkan lebih parah
dari tahun sebelumnya. Ditambah adanya
letusan gunung berapi di Indonesia yang memakan korban dan merugikan banyak
masyarakat sekitar.
Adanya anugrah,
nikmat dan bencana adalah kehendak Allah SWT, sebagai pribadi muslim yang
beriman apalagi menjadi santri Gontor kita harus tabah atas segala yang terjadi,
mungkin ini adalah suatu cobaan kecil agar kita kuat bersabar. Hanyalah Allah
yang Maha Kuasa berkehendak atas segalanya.
Semua
bencana dan musibah yang terjadi bukanlah suatu hukuman tapi merupakan sebuah
isyarat agar kita berbenah diri, menginstropeksi diri, dan bermuhasabah. Karena masih banyak
diantara saudara kita berbuat nista. Allah pun sudah memperhitungkan dan
mencatat amal perbuatan serta dosa yang telah manusia perbuat. Hanya kepada
Allah-lah kita kembali.
Posting Komentar